Seorang manusia di muka bumi menjalani pergerakan kompleks di angkasa. Pergerakan ini tersusun
oleh mosi orbit bumi mengelilingi matahari dan rotasi bumi yang selalu-berubah.
Melalui sebuah pemahaman tentang mosi ini kita dapat mempelajari evolusi dari
orbit bumi, struktur internal bumi, serta sifat dasar dan variabilitas tekanan
diterapkan ke bagian padat bumi
Pergerakan Orbital
Bumi bergerak mengelilingi matahari dalam orbit
lingkar-terdekat, menghabiskan sekitar 365 hari untuk menempuh satu lintasan
penuh. Bulan memerlukan waktu 29 hari melengkapi satu orbit mengitari bumi. Ekuator
bumi cenderung sekitar 23.5 derajat permukaan datar orbit bumi. Ekuator bumi menetapkan
arah pasti orbit Bumi, yang menyebabkan adanya musim-musim di Bumi. Orbit
permukaan Bulan cenderung sekitar 5 derajat dari orbit Bumi, dan perubahan
posisi dari Matahari dan Bulan menyebabkan ketergantungan waktu pasang laut di
bumi dan ketergantungan waktu di bumi itu sendiri. Hal ini hampir dipastikan
bahwa orbit dan periode rotasi yang diamati saat ini tidak selalu seperti itu. Memutuskan
evolusi orbit Bumi adalah bagian penting dari pemahaman perubahan iklim yang telah berlalu dan
menyediakan solusi untuk memprediksi perubahan di masa yang akan datang.
Detail
dari memprediksi perubahan pada orbit bulan dan rotasi Bumi tergantung secara
kritis dari mekanisme energi hilang dalam sistem Bumi-Bulan. Sebagian besar
energi hilang dewasa ini karena friksi antara pasang di laut dangkal dan dasar
laut, tetapi lebih dari 3 milyar tahun (Ga) dominasi dari mekanisme ini tidak
jelas (Carton, 1989; Comins, 1991; Folger, 1993; Lambeck, 1980). Prediksi dari
beberapa tipe dari model mengungkapkan bahwa panjang tahun 3 Ga yang lalu itu
mungkin selama 400 hari, dan variasi orbit yang bertanggungjawab atas variasi
iklim yang penting di masa lalu (Zimmer, 1992). Namun masalah lain disebabkan
oleh model evolusi dari orbit bulan yakni asal dari Bulan. Apakah Bulan pernah
menjadi bagian dari Bumi yang terdorong ke orbit karena efek meteor raksasa,
teori utama, atau apakah Bulan sebuah planetoid yang tertangkap di oorbit bumi
karena Bulan datang terlalu dekat? Berdasarkan studi bertahun-tahun dan
beberapa penerbangan antariksa ke Bulan, tak satupun tahu jawaban dari tekateki ini (Hartmann, 1989; Naeye, 1994).
Pergerakan Rotasi
Ketika rotasi Bumi
tampak konstan dan seragam, rotasinya bervariasi dalam semua ukuran. Variasi
ini terdiri dari tiga tipe: perubahan dalam jumlah rotasi; perubahan arah
rotasi axis di angkasa; dan perubahan posisi dimana sumbu rotasi membuat lubang
di permukaan Bumi (Wahr, 1986). Hal terbesar dari variasi-variasi ini, disebut lempeng
(precession), disebabkan oleh tarikan
gravitasi Bulan dan Matahari pada kurva ekuator Bumi. Tarikan ini menyebabkan
sumbu rotasi menemukan sebuah kerucut di angkasa, seperti yang terjadi pada
perputaran miring ke atas.hal ini menghabiskan 26,000 tahun sumbu rotasi untuk menempuh
satu putaran dari kerucut. Dua osilasi alami lainnya dari arah sumbu rotasi
terjadi dengan amplitudo yang lebih kecil; dan “nutasi garis inti” (FCN), yang
menghasilkan rotasi relative dari cairan inti dan kulit Bumi. Saat keberadaan
model FCN secara teoritis diprediksi mendekati akhir abad ke-19, efeknya pada
rotasi bumi tidak diamati secara detail hingga pertengahan 1980an. Saat ini,
observasi tentang rotasi Bumi, seribu kali lebih akurat daripada observasi
astronomi optikal, dibuat menggunakan kekuatan radio teleskop dengan teknik yang
disebut standar panjang interferometri. Pengukuran ini tidak hanya mampu
mendeteksi keberadaan cairan inti tapi juga dapat memutuskan perbedaan antara
radius polar dan ekuatorial inti dengan keakuratan sekitar 50 m. Pengukuran
tersebut menunjukkan bahwa inti lebih datar (sekitar 500 m) dari perkiraan,
mengindikasi bahwa tekanan dalam Bumi mempunyai peran penting dalam penentuan
bentuk Bumi (Weisburd, 1987). Pada 1990, perubahan dalam rotasi Bumi
dikarenakan pengukuran arus pasang surut laut. Pengukuran ini dapat digunakan
untuk menguji kualitas dari model laut pasang.
Disamping osilasi posisi dari sumbu rotasi
Bumi, terdapat pergeseran teratur dari posisinya. Antara tahun 1900 (ketika
posisi dari sumbu rotasi dapat didefinisikan dengan akurat) dan 1990, sumbu
rotasi bergeser sekitar 8 m ke barat. Sebagian besar perubahan ini dapat
dijelaskan dengan pantulan keras Bumi setelah peleburan dari lembaran-lembaran
es dari jaman es 10,000 tahun yang lalu. Bagian dari variasi dapat juga
dikarenakan tingkatan laut selama seratus tahun, dan perubahan posisi sumbu
rotasi menyebabkan satu alat untuk memonitor perubahan tingkatan laut secara
umum (Peltier, 1988).
Pada 1940an telah disadari bahwa tingkat
rotasi Bumi tidak konstan terlepas dari perubahan jangka-panjang yang diketahui
sebelum waktu ini. Pada saat ini jam kristal kuarsa yang sangat akurat menjadi
tersedia, dan seperti jam itu, tingkat rotasi bumi menjadi tampak bahwa
perubahan musim pada tingkat rotasi bumi, yakni, Bumi berotasi lebih cepat
selama musim dingin di belahan bumi utara daripada musim panasnya. Kejadian ini
membutuhkan dua puluh tahun sebelum diumumkan secara rinci bahwa variasi pada
tingkat rotasi ini dikarenakan pertukaran momentum angular antara kepadatan
Bumi dan atmosfernya. Pada 1990, dengan penemuan teknik pengukuran yang dapat
mengukur panjang hari, (waktu, diukur menggunakan jam atom, untuk Bumi menempuh
satu rotasi) dengan keakuratan 10 microseconds (µs), dan perkembangan model
ramalan cuaca yang dapat digunakan untuk memperkirakan momentum angular dari
atmosfer, yang disadari bahwa semua jarak rotasi dengan periode kurang dari dua
tahun dapat dijelaskan dengan interaksi antara Bumi dan atmosfernya (Hide and
Dickey, 1991). Untuk memastikan perubahan pada jarak rotasi sebelum 1940, bermacam
teknik telah dikerahkan. Untuk menghitung perubahan dari tahun 1700an ke atas
(setelah penemuan teleskop) observasi untuk Matahari, bagian dalam planet, dan
Bulan digunakan. Untuk kalkulasi dari jarak rotasi pada era-era awal, data
gerhana kuno digunakan. Semua pengukuran ini mengindikasi bahwa jarak rotasi
Bumi menurun, dengan sebagian besar penjelasan penurunan itu menjadi pemborosan
energi melalui friksi antara laut pasang dan dasar laut. Satu konsekuensi dari
hilangnya energi ini adalah Bulan mundur dari Bumi sekitar 4cm per tahun.
Peningkatan jarak ke Bulan telah diukur secara langsung dengan pengukuran jarak
laser akurat ke reflector kubus-sudut diletakkan di Bulan oleh astronot Apollo
pada awal 1970an. Konsekuensi lain dari penurunan jarak rotasi Bumi yaitu yang
kedua, didefinisikan pada 1940an, tidak lama mewakili 1/86,400 dari periode
rotasional Bumi (dimana seharusnya 86,400 detik dalam satu hari), dan untuk itu
sekitar sekali per tahun kita perlu menambah 1 detik untuk 1 hari (dinamakan
“lompatan detik/leap second”) untuk
menjaga kesinkronan waktu atom dengan rotasi Bumi (Marshall, 1987; Cleere,
1994).
Sebagai tambahan untuk variasi sangat cepat
yang dikarenakan atmosfer dan variasi jangka-panjang yang dikarenakan hilangnya
energi dalam laut, terdapat fluktuasi dalam jarak rotasi pada skala dekade
waktu yang terlalu besar disebabkan oleh atmosfer dan terlalu bervariasi
disebabkan oleh perubahan tingkatan hilangnya energi. Variasi ini sebagian
besar dikarenakan pertukaran momentum angular antara cairan inti dan kepadatan
bumi. Perkiraan dari aliran cairan pada puncak inti diturunkan dari pengukuran
perubahan bidang magnetik Bumi dikombinasikan dengan bentuk batas mantel inti dari
observasi seismic menghasilkan variasi jarak rotasi dengan perjanjian variasi
yang diobservasi seperti kembali ke abad 20 (Jault and Le Mouel, 1989).
Variasi rotasi pada Bumi terjadi pada semua
skala waktu dan pengukuran perubahan di planet itu sendiri dan gaya yang
bekerja pada planet itu. Memahami variasi saat ini dapat memulai percontohan
variasi lampau dan akan bermanfaat dalam memonitor dampak manusia di planet
karena variasi gaya dari atmosfer dan perubahan dalam tingkatan laut.
No comments:
Post a Comment