Kata
hematit berasal dari bahasa yunani yaitu Haima yang berarti “darah”, karena
mineral ini berwarna merah. Selain berwarna merah, hematit mempunyai berbagai
macam warna dari yang berwarna hitam untuk
baja atau perak abu-abu, coklat sampai coklat kemerahan,
atau ada juga yang menyebut hematite merupakan bijih besi yang berwarna merah
kehitam-hitaman.
Mineral ini yang
mendominasi Mars sehingga memberi warna merah pada planet tersebut. Kesimpulan
bahwa hematit berwarna abu-abu sebagaimana banyak ditemui di Meridiani Planun
merupakan indikator mineral dari keberadaan air di Mars pada masa lalu. Hal ini
berdasarkan kenyataan ditemukannya deposit mineral ini pada air terjun atau
mata air panas bermineral di Bumi.
Hematite mempunyai
struktur heksagonal (rhombohedral) yang sesuai dengan space group R3c
(Cornell, 2003). Seperti magnet ferrite lainnya, hematite mempunyai
sifat mekanik yang kuat dan tidak mudah terkorosi dengan kekerasan 5-6 skala mohs
karena memiliki ketahanan kimia yang baik terhadap lingkungan, selain itu
hematit mempunyai berat jenis 4.9-5.36 gr/cm2.
Hematite banyak
digunakan sebagai material awal pada pembentukan senyawa magnet ferrite
(Smallman, 1999), hematite merupakan salah satu jenis magnet ferrite dan
termasuk dalam golongan oksida sederhana (Skomski, 1999). Material ini
banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan magnet kelas tak permanen
(soft magnet) dan magnet permanen (hard magnet).
Disamping itu magnet ferrit mempunyai
koersivitas magnetik sangat stabil terhadap pengaruh medan luar serta
temperatur yang cukup baik (Priyono, 2004). Hematite mempunyai
titik lebur yang tinggi, yaitu sekitar 1350°C (Cornell,2003). Sifat hematite
yang elektronegatif membuat material ini stabil dan tidak mudah bereaksi
dengan senyawa lain. Sifat tersebut menyebabkan dibutuhkan temperatur yang
tinggi untuk memecah ikatan Fe dalam proses substitusi.
Hematite merupakan campuran dari 70%
besi yang bercampur dengan 30% oksigen (Fe2O3). Selanjutnya karna
unsur-unsur logam itu berat dan oleh karna gravitasi bumi maka persenyawaan
(mineral) tersebut mengalami pemindahan baik oleh gravitasi maupun air tanah
yang kemudian terendapkan atau terakumulasi pada ceukungan-cekungan dipermukaan
bumi berupa sungai, tepatnya disepanjang aliran sungai atau pada chanel bar dan
piont bar, selanjutnya karna konsentrasi yang sudah besar maka
material-material ini akan mengalami kompaksi sehingga membentuk endapan
hematit. Ada pula yang menyebutkan jika mineral ini terbentuk dari hasil
sublimasi dalam hubungannya dengan gunung api. Terjadi juga dalam endapan
metamorfosa kontak dan sebagai mineral tambahan dan terbentuk pada suhu yang
tinggi
Tanah liat berukuran kristal
hematit juga dapat terjadi sebagai mineral sekunder yang terbentuk
oleh proses pelapukan
dalam tanah, dan bersama dengan oksida besi lainnya. Hematit bisa
berasosiasi dengan batuan beku, sedimen dan metamorf. Hematit pada batuan beku
biasanya berasosiasi dengan proses hidrotermal yang kaya akan sulfur dan sulfat
tapi sedikit oksigen, mendekati reduksi atau anoxyc.
DAFTAR
PUSTAKA
Yashinta, Maria.2011. Analisis Struktur Kristalin Hematite yang
Disubtitusi Ion Manganes dan Ion Titaniaum. Semarang : Universitas Diponegoro.
Priyono. Yuli
Astanto. Happy Traningsih & Ainie Khuriati R.S. 2004. Efek
Aditiv Al2O3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen
BaO.6(Fe2O3). Jurnal Berkala Fisika.
Vol. 7, No. 2, April 2004, hal 69-73.
Skomski, Ralph dan
Coey, JMD.1999. Permanent Magnetism.
London : The Institude of
Physic.
Smallman, R. E.
dan R. J. Bishop. 1991. Metalurgi
Fisik Modern dan Rekayasa Material. Edisi keenam. Terj. Sriati Djaprie. Jakarta:
Erlangga.
Cornell,
R.M. and U. Schwertmann. 2003. The Iron
Oxides. Weinheim: WILEY-VCH.
No comments:
Post a Comment